Nama |
: Alhaura Rahmatunnisa Harsanto |
B. Studi
|
: Bahasa Indonesia (Teks Ulasan)
|
Kelas
|
: VIII F Absen 02
|
______________________________________________________________________________________________________________
Identitas Buku
Judul
|
: And Then There Were
None (Lalu Semuanya Lenyap)
|
Pengarang
|
: Agatha Christie
|
Alih Bahasa
|
: Mareta
|
Penerbit
|
: PT Gramedia Pustaka
Utama
|
Tahun Terbit
|
: 2017 (cetakan kedua
belas)
|
Tebal Halaman
|
: 288 halaman
|
ISBN
|
: 9789792235241
|
______________________________________________________________________________________________________________
Orientasi
Agatha Christie adalah penulis kisah misteri mendunia yang telah
menerbitkan lebih dari delapan puluh buku. Wanita kelahiran 1890 ini adalah seorang
penulis yang sempat hidup pada zaman perang dunia I. Dia bekerja sebagai
seorang apoteker, pekerjaan yang memengaruhi karyanya. Banyak dari pembunuhan
dalam kisah-kisahnya dilakukan dengan racun. Lalu Semuanya Lenyap
merupakan salah satu novel terlarisnya, hingga lebih dari seratus juta cetakan
laris terjual dan meraih peringkat enam terbesar dalam ajang Publications
International.
Sinopsis
Novel ini menceritakan kisah
sepuluh orang yang menerima surat ajakan misterius ke Pulau Indian. Tak disangka,
sepuluh orang tersebut merupakan pribadi yang aneh dan tertutup. Mulai dari
adanya seorang dokter, hakim, guru, hingga seorang petualang yang selalu
membawa senjata api di sakunya. Mereka dapat tuduhan pembunuhan yang
disampaikan melalui kaset kuno.
Semua tuduhan itu benar, namun mereka mencela mulai dengan alasan bahwa itu merupakan ketidaksengajaan sampai menolak mentah-mentah bahwa itu tidak benar. Hidup mereka di sana seperti surga dunia, makanan dan minuman semuanya lengkap. Jadwal yang sangat terorganisir. Namun semua terasa aneh mengenai U.N. Owen, penulis surat yang tak diketahui identitasnya dan memberi ajakan yang berbeda pada tiap suratnya yang tertuju kepada Anthony James Marston, Vera Elizabeth Claythorne, Jendral John Gordon MacArthur, Emily Caroline Brent, Dokter Edward George Armstrong, William Henry Blore, Philip Lombard, Hakim Justice Lawrence John Wargrave, Nyonya dan Tuan Rogers.
Semua tuduhan itu benar, namun mereka mencela mulai dengan alasan bahwa itu merupakan ketidaksengajaan sampai menolak mentah-mentah bahwa itu tidak benar. Hidup mereka di sana seperti surga dunia, makanan dan minuman semuanya lengkap. Jadwal yang sangat terorganisir. Namun semua terasa aneh mengenai U.N. Owen, penulis surat yang tak diketahui identitasnya dan memberi ajakan yang berbeda pada tiap suratnya yang tertuju kepada Anthony James Marston, Vera Elizabeth Claythorne, Jendral John Gordon MacArthur, Emily Caroline Brent, Dokter Edward George Armstrong, William Henry Blore, Philip Lombard, Hakim Justice Lawrence John Wargrave, Nyonya dan Tuan Rogers.
Di setiap kamar terdapat lembaran kertas yang dipajang di dinding masing
masing kamar. Surat itu berisi puisi lama dalam figura yang terlihat baru. Teks
itu berisikan puisi mengenai apa yang akan terjadi di masa depan. Mereka mengira
yang menulis itu adalah pengunjung sebelumnya. Rencana U.N. Owen
berjalan lancer. Sepuluh pengunjung itu meninggal satu persatu dengan kejadian
yang sama pada kalimat yang tercantum pada puisi itu. Seperti yang dikutip pada
halaman tiga puluh lima. Seorang tersedak, tinggal Sembilan. Seorang ketiduran,
tinggal delapan. Seorang tak mau pulang, tinggal tujuh, dan seterusnya. Setelah
tiga orang pertama meninggal dengan tragis, Hakim Wargrave memulai sidang yang
membuktikan bahwa U.N. Owen, Si Pembunuh brutal itu adalah seorang dari
sepuluh pengunjung Pulau Indian tersebut.
Vera E. Claythorne,
wanita yang mudah cemas, adalah seorang guru di sekolah privat. Tindakan pembunuhan
yang tak disengajainya itu membuat hidupnya sangat gelisah. Ia adalah
pengunjung terakhir yang selamat, namun ia melakukan tindakan gantung diri tepat
setelah menembak Philip Lombard di dadanya. Kejadian itu membuat orang-orang
berasumsi bahwa Vera-lah pelaku pembunuhan brutal itu. Sesuai dengan
hasil sidang yang dipimpin oleh Hakim Lawrence J. Wargrave, pembunuhnya
adalah jiwa terakhir yang tersisa. Namun, mengapa Vera membunuh dirinya
sendiri? Tindakan terakhir itu membuat pulau tersebut kosong, hanya
meninggalkan sepuluh mayat yang tersebar di penjuru pulau.
Pertanyaan itu berterbangan di kepala Tuan Thomas Legge dan
Inspektur Maine, dua detektif muda yang berusaha menyelesaikan kasus
misterius yang meninggalkan sepuluh mayat di Pulau Indian tersebut. Semua
prediksi mereka terbukti tidak benar setelah menyadari bahwa kursi yang digunakan
Vera berada di posisi yang tidak terlihat seperti seseorang menendangnya,
seolah ada yang memindahkan posisi kursi setelah kejadian itu terjadi. Kedua detektif
itu gagal dalam menyelesaikan kasus misterius tersebut. Hingga pada akhirnya
ditemukanlah sebuah naskah dokumen dalam botol kaca yang dikirim ke Scotland
Yard oleh pemilik kapal ikan bernama Emma Jane.
Naskah
tersebut berisi beberapa paragraf yang ditulis dalam sebuah sudut pandang
seseorang. Pada naskah itu tertulis cerita seorang anak yang memiliki daya
ketertarikan yang aneh, obsesinya pada kematian. Selain rasa fanatiknya dalam
hal yang berkaitan dengan romansa, obsesi pada kematian itu mendorongnya untuk
melakukan hal-hal yang tidak manusiawi. Namun karena ia merasa sedih jika
melihat orang yang tak bersalah terbunuh, ia memutuskan untuk menjadi seorang
hakim. Saat anak itu beranjak dewasa, keinginannya untuk berada dalam kasus
pembunuhan itu berkembang pesat, ia ingin ada dalam salah sebuah kasus yang tak
terpecahkan. Lelaki dewasa itu mulai memilih daftar orang yang terbukti
bersalah, namun tidak dapat kesempatan untuk diadili di meja hijau. Terpilihlah
sepuluh orang tersebut, salah satunya ia sendiri.
“Aku akan ditemukan terbaring di
tempat tidur, tertembak di bagian dahi, sesuai dengan catatan yang dibuat oleh
para korban. Apabila laut telah reda, perahu dan orang akan datang dari daratan,
mereka akan menemukan sepuluh mayat dan misteri yang tak terpecahkan di Pulau
Indian. Tertanda, Lawrence Wargrave.” dikutip
dari halaman 285. Kata tersebut membuktikan tak lain lagi, Hakim Wargrave adalah
pembunuhnya.
Analisis
Novel ini mengantarkan suasana yang
mencekam walau hanya mengambil satu setting, Pulau Indian. Pembunuhnya, Hakim
Lawrence J. Wargrave, merupakan seorang karakter yang sangat cerdik dalam
merencanakan sesuatu, membuat para pembaca mengecualikannya sebagai pembunuh. Terima
kasih pada sifat dan jenis karakternya, novel ini berhasil mengantarkan alur
cerita yang menegangkan dengan sangat baik.
Evaluasi
Cerita yang dibawakan memberi pesan
tersirat mengenai bahayanya menerima ajakan maupun surat dari orang yang tak
dikenal. Sangat direkomendasikan bagi pecinta serial detektif yang mencekam dan
ingin ikut serta dalam pemecahan kasus tersebut. Sayangnya, sebab bahasa yang
diubah dari bahasa ke bahasa yang lain, penggunaan kalimatnya sedikit sulit serta
tidak mudah dipahami. Oleh karena itu, novel ini tidak disarankan bagi pembaca yang
tidak ingin berpikir keras dan pecinta cerita yang beralur ringan serta mudah
dipahami. Secara keseluruhan novel ini sangat bagus dan dapat diharapkan bahwa
setiap momen membacanya akan mudah untuk dinikmati dan memberi sensasi yang
diharapkan.
------------------------Sekian, Terima kasih! ---------------------
Bagus, tetap semangat berkarya ๐
BalasHapusbagus sekali๐๐ป
BalasHapusSetuju banget...
HapusJadi mau bacaa:"
BalasHapus